DUA TEMAN SEKERJA YANG SALING MENGUTAMAKAN

Pada zaman dahulu kala disuatu desa diluar kota Yerussalem, ada dua orang teman sekerja yang memiliki sebidang tanah garapan yang mereka kerjakan secara bersama-sama tanpa diberi pembatas pagar.
Pada suatu hari disaat musim tanam telah tiba, mereka sepakat untuk menanami tanah garapan mereka dengan gandum. Meski status diantara keduanya berbeda, yang mana seorang diantaranya masih bujang dan seorang lainnya telah menikah, namun dedikasi kerja mereka sama-sama tinggi dalam menggarap ladang mereka itu hingga masa panen tiba.
Dalam membagi hasil tanaman itu, mereka berdua sepakat memotong gandum itu dengan batangnya, kemudian dijadikan beberapa ikat yang sama bersarnya, kemudia dibagi dua. Setelah untaian itu selesai maka masing-masing mengambil haknya dan diletakkan ditempat yang agak jauh dari milik temannya, terus pulanglah mereka kerumah masing-masing dengan puas lagi gembira.
Waktu tengah malam, teman yang masih bujangan itu berfikir : “Bahwa pembagian yang sama banyaknya itu tidak adil. Sebab ia masih membujang, tiada memerlukan nafkah yang banyak sebagaimana temannya yang sudah beranak istri itu. Dialah yang selayaknya mendapat bagian yang lebih banyak”.
Maka bangkitlah ia dari tempatnya, terus keluar menuju ladang. Sesampainya dia disana, ia ambil haknya itu beberapa untai, ditambahkan ketumpukan milik temannya. Tak seorangpun yang mengetahui perbuatannya itu selain Allah SWT. Kemudian pulanglah ia dengan rasa puas dan bahagia.
Sesudah itu terbangunlah teman yang sudah berkeluarga itu. Iapun berpikir-pikir tentang keadaannya : “Bahwa temannya yang membujang itu memerlukan biaya yang banyak, sebab tak ada yang membantu untuk mencapai segala yang diperlukan. Tentunya ia mengeluarkan uang sebagai ongkos orang yang dimintai tolong untuk sesuatu yang ia ingini, ongkos belanja, ongkos memasak, ongkos mencuci pakaian dan lain sebagainya. Berbeda dengan dirinya sendiri, karena anak istrinya sudah mampu membantu. Maka menurut pemikirannya, pembagian yang ditentukan itu tidak adil”.
Seketika itu juga, keluarlah ia menuju ladang untuk mengambil beberapa untai dari miliknya perlu ditambahkan ketumpukan gandum milik temannya. Setelah selesai ia kerjakan iapun pulang dengan lega dan puas.
Pada pagi harinya keluarlah masing-masing dari dua orang sekerja itu menuju ladang, untuk menikmati tumpukan gandum miliknya yang sudah dikurangi itu.
Tetapi alangkah terkejutnya, waktu masing-masing meneliti hak miliknya ternyata sama sebagaimana pembagian pertama kali. Karena masing-masing berniat untuk mengulangi perbuatannya itu nanti malam. Namun kejadian yang serupa pun terulang lagi. Barulah pada malam ketiga keduanya bertemu tanpa disengaja, yang membuat keduanya terharu atas niat baik mereka. Setelah kejadian itu bertambah eratlah persahabatan mereka.
Pesan moral yang dapat kita ambil dari kisah diatas adalah : “Bahwa wujud kecintaan terhadap teman dan saudara itu harus dibuktikan dengan pengorbanan”. Dan juga suatu sifat baik yang sulit dicapai bagi orang kebanyakan, yaitu : “Merasa puas dan bahagia bila temannya mencapai kebahagiaan dan keberuntungan”.

Wallahu a’lam bish-showab

    About Me

    Foto saya
    Saudaraku... kita ditakdirkan sebagai manusia dengan beragam suku bangsa dan bahasa... namun demikian tentu hal itu bukan jadi penghalang persaudaraan kita. Sekedar untuk diketahui, bahwa saya adalah insan yang dilahirkan dari keturunan Jawa Timur asli. Meski saat ini saya berada di kota Khatulistiwa ( baca Pontianak bersama anak dan istriku tercinta, namun sampai saat ini ayah dan ibuku masih tinggal di kota REOG ( baca Ponorogo). Jelasnya... saya adalah anak rantau, yang meyakini bahwa bumi yang kita pijak ini adalah sama. dan tentunya keyakinan ini juga ada pada diri anda... thanks

    Followers